Kisah mBak Emprit dan Nona Berang-Berang


Kayanya lembur jadi bagian tidak terpisahkan dari momen peng-update-an blog ini. Soalnya kalo nggak nglembur, males untuk akses internet. Sementara kalo mau nge-update pas jam kerja, wah malu dong....

Beberapa hari yang lalu aku pergi ke Kab. Kuningan bareng ama tim advokasi dari kantor gw. It was a nice trip, in spite of some craziness. Pas aku nyampe di sana, salah satu co-worker di kantor telp aku untuk nanya file desain leaflet kegiatan seminar. Dengan ringan kukasih petunjuk sambil berpesan, “Kalo mau diubah tolong di-save as dalam file tersendiri ya.” Sebagai yang bikin itu desain, aku menempatkan diri sebagai desainer, sementara sang koordinator kegiatan seminar kududukkan sebagai klien. So, it’s ok for her to change, get rid, throw away, or even spit on my work of art (ciee...).
Besoknya aku nanya ama temanku –sebut saja Mbak Manuk Emprit-, “Emangnya apa yang diubah mbak ?”
Dia jawab, “Petanya aja yang kuganti.”
“Oh gitu,” timpalku.
Tapi saat kuliat lembar leafletnya... GLEGARRR... Lho kok beda, batinku. Kuliat konten leaflet sama, tapi lay-out dan desainnya buedaa. Jujur, rasa jengkel merayapi tubuh sampai hampir menenggelamkan hatiku. Sakit rasanya. Sebenarnya bukan keputusannya -untuk tidak menggunakan desainku- yang kusesalkan, tetapi cara pengambilan keputusannya yang aku sayangkan. Seakan-akan kerjaku gak berguna.
Setelah kuomongkan perasaanku pada 2 temanku yang lain plus berkontemplasi untuk menenangkan diri, kukembalikan ke state of mind-ku yang pertama “aku adalah desainernya dan dia kliennya, so dia boleh ngapain aja.
Aku merasa lebih tenang sekarang... Gak ada dendam, hanya tinggal sedikit rasa sakit.
The pebble had been thrown into the pond, it created wave but the surface is tame now. But still, a pebble lies inside the pond. Kita bisa memafkan, tetapi sulit untuk melupakan. Malah sebaiknya jangan dilupakan. Biarkan ini jadi pelajaran berharga tentang bagaimana kita seharusnya memperlakukan orang lain.

Cerita belum selesai...
Siang ini temanku, sebut saja Nona Berang-berang, ngomong ke aku, “Dok (emangnya kodok), aku pingin kegiatan seminar ini sukses meski ada beberapa batu sandungan yang muncul di awal dan tampaknya beberapa orang meragukan usaha kita ini.”
Aku nyengir, sambil jawab, ”Mbak, sampeyan kuwatir po, kalo kejadian kemarin bakalan menghalangiku untuk memberikan usaha terbaik demi kesuksesan seminar ini.”
[Pembicaraan berlanjut beberapa saat – gak perlu diceritain kalee...]

Terselip rasa kagum sekaligus terharu mendengar statement temanku ini. Segitunya dia ngebelain seminar ini, padahal dari ceritanya pula, dia pernah dongkol sama Mbak Manuk Emprit ini. Soalnya juga, sehari-harinya Nona Berang-berang ini rada katrok plus sedikit norak, tapi ternyata perasaannya halus juga (piss mbak, jangan jitak gue kalo lu baca tulisan ini ^_^).

Lessons :
  1. Lakukan hal yang kausukai di dunia ini, tapi ingat, semuanya akan kembali padamu. The Beatles said... what you give, you’ll get back. Makanya punya kelakuan yang bener, karena begitulah kau akan diperlakukan kelak. Behave gitu loh...
  2. Pinter2lah cari temen. Teman yang baik akn membantu dan menjagamu di saat senang dan susah. Dia akan mengingatkanmu sebelum kamu jatuh tersandung.
  3. Don’t judge a book by its cover. Orang katrok dan norak juga manusia ha... ha... ha... (sekali lagi saya mohon jangan jitak saya).
WOULD YOU LIKE TO BE MY REFLECTIVE FRIEND?
Be First to Post Comment !

Pages

Profile

Foto Saya
agus van jogja
Parijs van Jogja eh... JAVA, iNdonesia Raya
Kawula tiyang jogja ingkang nembe lelampahan wonten tlatah pasundan, menawi wonten lepat nyuwun agunging pangaksami [kalo gak paham nanya dong!!]. Lahir, kecil, besar di Jogja. Pingin keluar negri lagi buat perluas wawasan. I'll see you, when I meet you
Lihat profil lengkapku