keBEBASan fiNANsiaL



Sebenarnya apakah makna kebebasan finansial ??
Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Cashflow Quadrant, bilang kalo kebebasan finansial adalah ketika kita tidak lagi bekerja untuk mencari uang akan tetapi uang yang bekerja untuk kita. Kerja uang ini berbentuk investasi saham, bisnis, perusahaan yang telah kita bangun sehingga dengan ongkang-ongkang kaki saja uang sudah mengalir ke brankas besi kita. Keren banget ya kayanya. Kita tinggal melakukan hobi atau kegiatan lainnya tapi harus pusing memikirkan uang untuk makan, nafkah keluarga, nyekolahin si bungsu atau bayar cicilan rumah. Whatta easy life...
...tapi... apa iya???

Pak Sur sang Petani
Beberapa waktu yang lalu aku ngobrol dengan beberapa orang, obrolan ringan sih, tapi dari situ terbetik pemikiran lain...
Kalau kebebasan finansial dimaknai sebagaimana di atas, maka hanya orang-orang kayalah yang bisa menikmati rasa tenang karena terbebas dari segala beban hidup. Berarti kebebasan finansial hanyalah ukuran materi saja dong, tapi di dalam batin “orang-orang kaya” ini masih menyimpan rasa “kebendaan” yang sangat kuat.
Pikirku melayang kepada Pak Sur, seorang petani sekaligus KaUr di sebuah Desa di Sukoharjo sana tempatku menghabiskan 2 bulan KKN. Dia seorang suami sekaligus bapak bagi 2 anak yang sudah dewasa (btw gimana kabar beliau sekarang ya?). Hidupnya sederhana dan tidak “ngoyo” tapi tampak tenang dengan apa yang dimilikinya. Menurut konsep kebebasan finansial a la Kiyosaki, jelas Pak Sur masih jauh dari golongan orang-kaya-yang-bebas. Tapi dari segi batiniah, dia tak kalah tenangnya dengan mereka. Lalu di mana sebenarnya letak kebebasan finansial ???

Dunia tak pernah cukup
Aku sampai pada kesimpulan, bilamana hati kita sudah tak lagi haus akan uang dan materi di dunia, maka sesungguhnya hatinya sudah merdeka. Bila jiwanya tak lagi dibelenggu oleh ukuran kebendaan maka itulah sejatinya kebebasan finansial. Cukuplah sepiring ketela pohon di meja untuk dimakan bersama. Cukuplah baju sederhana di lemari pakaian. Cukuplah apa yang telah kita miliki. Akan tetapi kita tetap bisa dengan ringan bersedekah memberi kepada peminta-minta maupun yang tidak meminta.
Ketika kita merasa berkecukupan dan bersyukur dengan yang kita miliki maka kita sudah termasuk orang kaya. Berbeda sekali dengan orang yang penghasilannya sudah besar (maupun yang kecil) tapi hatinya diliputi rasa iri melihat barang kepunyaan tetangga, hatinya tidak terima dengan apa yang sudah ada di dalam genggaman tangan. Benaknya menggerutu dalam hati, kurang ini ... kurang itu ... maka sesungguhnya dialah orang paling melarat di dunia. Dunia tak pernah cukup bagi orang yang “lapar”. Andai diberikan satu buah bumi, niscaya ia akan meminta satu lagi ... dan lagi ... dan lagi ... Tapi bagi kaum yang rendah hati dan bersyukur maka tidak ada tempat yang terlalu sempit baginya untuk berpijak, apa yang diusahakan olehnya dan yang sudah diberikan Tuhan terasa cukup baginya, berlimpah malah.


Financial freedom is state of mind....

Pages

Profile

Foto Saya
agus van jogja
Parijs van Jogja eh... JAVA, iNdonesia Raya
Kawula tiyang jogja ingkang nembe lelampahan wonten tlatah pasundan, menawi wonten lepat nyuwun agunging pangaksami [kalo gak paham nanya dong!!]. Lahir, kecil, besar di Jogja. Pingin keluar negri lagi buat perluas wawasan. I'll see you, when I meet you
Lihat profil lengkapku